Kebumen, 20
Januari 2017
Bismillahirohmanirohim
Termakasih
Alloh SWT, terimakasih ibuk tercinta #terimakasihbidikmisi
Tergerak hati saya untuk menulis kisah ini, bukan karena
apapun tapi saya rasa ini sebuah keharusan untuk melakukannya, untuk berbagi
inspirasi, saya yakin diluar saya banyak sekali adik-adik yang masih galau, karena
tidak adil jika saya bisa namun saudara-saudara tidak bisa bahkan tidak tahu.
Hanya ingin saya sampaikan bahwa jangan pernah takut kuliah hanya karena tidak
punya uang karena selama masih ada keinginan dan keikhlasan berjuang maka
InsyaAlloh ada jalan dan dimudahkan. Selamat membaca semoga menginspirasi.
JANGAN TAKUT KULIAH
Kalian
tahu rasanya jadi orang yang selalu dipandang sebelah mata hanya karena tak
punya uang, hanya karena mereka dan aku berbeda.
Itulah yang sering aku rasakan. Oh
ya perkenalkan nama saya Kunnii Sya’adah. Rumah saya di Desa Petangkuran,
Ambal, Kebumen. Jarak tempuh sekitar 45 menit ke pusat Kabupaten Kebumen. Tinggal
di pesisir membuat saya jarang sekali ke pusat kota kebumen. Aku anak pertama
dari 4 bersaudara, ibukku seorang ibu rumah tangga yang nyambi nutuk (Membuat emping melinjo) kadang
menjadi buruh disawah. Ayahku dulu penjual tempe tapi sekarang aku tidak tau
ayahku pergi kemana, Ayah pergi meninggalkan kami sejak aku kelas 1 SMA sampai
sekarang sudah 6 tahun.
Cita-cita saya ingin menjadi guru
di Kalimantan. Saya selalu diam ketika Bu guru bertanya pada siswa-siswanya
tentang cita-cita masa depan saya hanya
diam, teman-teman menjawab beragam ada yang dokter, ada yang petani, polisi,
masinis. Aku? Cita-citaku sederhana saja ingin menjadi guru, tapi bukan di sini
tapi di luar jawa sana. Sekilas masa kesil pun menjadi kenangan, Saat itu aku
sudah duduk di bangku SMA kelas 3 masa yang membingungkan tentunya antara
kuliah dan kerja atau bahkan menikah. Ayahku pernah bilang ingin sekali aku
kuliah tapi belum tau bisa membiayaiku atau tidak. Aku lupa kapan kalimat itu
disampaikan ayahku yang jelas masa SMA kuhabiskan dengan kebimbangan dan
kegalauan antara keinginan kuliah dan bekerja membantu orang tua, hingga saat
ini akupun kadang masih berpikir bahwa aku adalah anak pertama yang paling
egois di dunia.
Dan malapetaka itu terjadi aku Anak
pertama yang sering melihat ibu dan ayah bertengkar, hampir setiap hari,
membuat aku tidak betah dirumah, membuatku tidak ingin belajar, membuat aku
rasanya ingin memaki mereka yang bertengkar dihadapan aku dan ketiga adikku,
sampai akhirnya ayah pergi meninggalkan kami dengan alasan bekerja. Beliau
meninggalkan Ibu dengan keempat anaknya yang masih kecil-kecil. Aku bahkan
sudah lupa rasanya menahan lapar saat ibukku belum punya uang untuk sekedar
menanak nasi, jangankan untuk uang jajan unuk makan saja harus pinjam sana
sini. Masih terkenang waktu itu adalah saat-saat sangat menyedihkan karena
seorang ibu dan keempat anaknya sering menangis menahan lapar dalam keheningan
dan dingin malam. Miris saat itu ibu mulai sakit-sakitan, aku terbisa berangkat
sekolah dengan hanya membawa uang 2000 rupiah untuk ongkos pulang pergi ke
sekolah naik angkot, terbiasa nyenen-kemis
untuk menahan lapar saat di sekolah, beruntung ada sahabat yang setia memberi
tumpangan saat berangkat (Samirah) Alhamdulillah. Saat itu semua keinginan
kuliah sudah luntur melihat adik-adikku merengek minta jajan saja rasanya sakit
apalagi mengutarakan keinginan kuliah sepertinya itu tidak realistis, aku diam.
Cobaan itu datang bertubi-tubi.
Setengah tahun berlalu ayahku pergi tanpa kabar, saat itu pengambilan raport
kelas 1 semester 2. Ibukku berangkat ke sekolah untuk mengambil raport membawa
adikku yang masih kecil belum bisa berjalan, naik angkot dan menangis karena
kepanasan dengan bermodal bismillah dan berharap keringan dari sekolah ibuku
menghadap wali kelas kemudian disuruh menghadap bagian administrasi dan
muter-muter untuk membuat surat keringanan agar raportku bisa diambil, namun
nihil usaha itu sia-sia raportku tidak boleh diambil dan hanya diperlihatkan
nilaiku. Aku dan Ibu pulang di angkot aku menahan menangis, sampai rumah aku
menangis sejadi-jadinya, mengumpat tuhan Saat itu aku merasa bahwa ini cobaan
terberat, pertama kalinya aku berpikr bahwa Alloh tidak adil, Alloh Jahat
intinya saat itu aku sangat marah dan aku tak mau berbicara pada siapapun.untuk
kesekian kalinya aku memilih diam.
Aku mulai terbiasa hidup dalam
keterbatasan, kami terbiasa nrimo dengan semua yang Alloh berikan. Adik
pertamaku saat itu sudah masuk SMP dengan dibantu biaya oleh paklik, dan
sebagai kewajiban kini adiku punya tugas baru yaitu membersihkan kandang sapi milik
paklik sepulang sekolah selama SMP, akupun banyak mendapat bantuan dari SMA
saat itu aku sudah tidak sedih lagi kalau raportku tidak boleh diambil, bagiku
itu hal biasa namun ibuku tetap datang kesekolah memenuhi tanggungjawabnya.
Terkenang saat itu sudah memasuki
kelas 3 banyak sekali sosialisasi tentang kuliah dan perguruan tinggi. Karena
setiap tahun Alumni SMA selalu melakukan bedah kampus untuk memberi informasi
dan sosialisasi tentang seputar PTN dan PTS terbaik di Indonesia, Keinginan
yang dulu pernah ada dan sudah terkubur dalam-dalam akhirnya muncul lagi,
Bagaimana aku tidak tergoda ada kakak-kakak yang memberi informasi bahwa ada
beasiswa dari dikti yang memberikan bantuan gratis kuliah sampai lulus dan juga
masih mendapat biaya hidup (Bidikmisi), ada juga yang ada asramanya (Beastudy
Etos Dompet Dhuafa). Aku sangat berterimakasih kepada mereka yang masih peduli
dan mau berbagi informasi kepada adik-adiknya. Motivasi yang kuat dari
kakak-kakak Alumni yang telah berhasil kuliah membuat tekad itu semakin kuat,
Aku pernah membaca buku yang isinya kisah-kisah inspiratif dari kakak-kakak
etoser yang isinya perjuangan untuk bisa berkuliah, kalau tidak salah ada tulisan
mahasiswi UGM yang membuat hatiku bergetar, kata-katanya seperti ini
“Uang mungkin kendala, namun tanpa uang
bukan berarti kita terkendala”,
kata-kata ini yang setelah itu aku gunakan
untuk meyakinkan ibuku, bahwa orang miskinpun bisa kuliah. Tiap malam aku
selalu berdoa dan menyakinkan diri bahwa aku harus kuliah, semangat itu luar
biasa seolah reluapkan habis untuk sebuah asa kuliah.
“Kuliah?, apa mamake bisa
mbiyayani, wong gaweane ya mung nutuk nggo mangan bae nyenen-kemis masa arep
nggo kuliah? Ngana nek arep kuliah kowe nggoleti bapakmu!, dipikir sing temen
disit yo tembe dilakoni. Aja mung melu-melu kancane sing anake wong sugih yo”.
Kalimat itu justru yang keluar dari ibukku saat aku menyampaikan keinginan
berkuliah namun dengan berbagai alasan kujelaskan, berbagai beasiswa aku
terangkan, untung ibukku adalah orang tua yang demokratis dan akhirnya setuju
dan mendukung keinginanku kuliah dengan syarat mendapat beasiswa bidikmisi. Aku
yakin ibukku adalah wanita yang sangat hebat aku bahkan tidak berani
membayangkan rasanya jadi beliau yang harus membanting tulang untuk 4 anaknya
seorang diri, tanpa seorang ayah yang harusnya bekerja. Terlihat wajah ibukku
mulai menua rambutnya harusnya belum memutih untuk orang seusianya namun sejak
saat itu rambut ibuk sudah banyak yang memutih. Sebenarnya aku juga tidak tega,
tapi aku harus mencoba.
Semester 1 kelas 3 aku lewati
dengan baik-baik saja, latian ujian juga sudah terlaksana, saat itu sudah masuk
pendaftaran SNMPTN 2013 aku mendaftar bersama teman-teman lainnya dibantu oleh
guru BK sekolah kami dengan juga mulai mengisi borang dan persyaratan
bidikmisi. Aku mengurus persyaratan bidikmisi sendiri karena tidak mungkin
minta bantuan ibu, bolak-balik ke Balaidesa dan kecamatan dengan bersepeda.
Pulang sekolah berita aku ingin kuliah sudah menyebar ke seluruh tetangga, dan
gempar seorang anak yang tidak punya ayah ingin kuliah, begitulah yang
terdengar dari tetanggaku “Haah, anake yu Jeminah ape kuliah, nggaya temen pan
mbayar nganggo apa, mangan bae kangelan. Utek kok ya gak go mikir. Jaman siki
beasiswa, beasiswa apa? Ndarani biaya kuliah gak larang. Masa bisaha, gak
mungkin.” Aku menutup telingan rapat-rapat dan menutup mata pura-pura tidak
melihat. Dalam hati aku menutuk diriku sendiri kenapa aku harus nekat jika itu memang tak mungkin, tapi
hatiku yang terkecil terus berkata harus yakin. Cemoohan demi cacian kuabaikan
karena begitulah realita hidup jika menajdi orang tak mampu segala apapun tolak
ukurnya uang. Tidak hanya tetanggaku yang tidak mendukung aku kuliah bahkan
keluarga-keluargaku pun tidak mendukung, Paklik, bulik, Budhe, Pakde semuanya
tidak mengizinkan aku kuliah karena mereka tidak percaya dengan apa yang
disebut beasiswa bidikmisi. Hanya ada satu yang mendukung yaitu paklik dan
bulik yang juga tidak bisa banyak membantu namun mendukung keinginanku kuliah.
Ujian Nasional berakhir dengan biasa saja
tidak ada yang bisa dibanggakan, dan keadaan pun masih sama aku tertekan dengan
berbagai cacian, aku berjuang di atas ketidakpercayaan orang-orang, tanpa
banyak restu dari keluarga karena mereka menilai aku anak yang tidak tahu diri,
harusnya aku sibuk mempersiapkan diri untuk bekerja di pabrik seperti temanku
pada umumnya di sini. Namun aku lain aku harus mondar-mandir kesana kemari
mengumpulkan informasi dan berkas kuliah. Setiap ada orang yang menghinaku aku
selalu diam, hanya dalam hati aku menghumpat, tunggu ya, kalo aku bisa kuliah,
kalian pasti diam.
Manusia hanya bisa berencana, namun
Allohlah yang menentukan, hari itu pengumuman SNMPTN, dengan harap-harap cemas
aku ke warnet sedikit takut juga karena sudah banyak temanku yang melihat
pengumuman dan hasilnya tidak lolos, dan benar saat ini aku sama dengan mereka
aku tidak lolos, karena teman se SD ku yang paling pintarpun tidak lolos
SNMPTN. Aku kecewa namun aku tidak menangis karena memang banyak temanku yang
tidak lolos. Aku belum menyerah karena saat itu masih ada seleksi selanjutnya
yaitu SNMPTN dengan berstatus sebagai pendaftar beasiswa bidikmisi jadi SBMPTN
pun gratis, kembali aku pilih jurusan yang sama dengan SNMPTN yaitu Pendidikan
Bahasa Inggris Unnes sebagai pilihan pertama dan setelah itu aku kembali
dibingungkan dengan biaya saat seleksi SBMPTN dan tempat menginap dimana karena
saat itu ujian SBMPTN 2 hari, aku berbeda sendiri karena teman-temanku
rata-rata memilih saintek yang panlok semarang lokasi ujiannya di Unnes,
sedangkan aku soshum lokasi ujiannya di Undip. Aku mencari kenalan sana sini
sms siapa saja yang kira-kira bisa membantu, akhirnya aku mendapat bantuan dari
kakak kelas SMA yang kuliah di Undip, dan diizinkan menginap di Asrama Beastudy
Etos Semarang, alhamdulilah. Aku berangkat ke semarang berdua dengan teman SMP
ku dengan modal nekat membawa uang hanya mepet dengan kondisi tidak fit, sampai
di semarang aku bertemu orang-orang luar biasa yang sangat menginspirasi dan
mempetertebal keinginanku kuliah, semalaman aku terus berfikir dan tidak bisa
tidur akhirnya aku sakit saat ujian, ujian aku kerjakan sebisaku namun tetap
yakin, menahan dua hari sakit di semarang akhirnya kami pulang.
Pengumuman SBMPTN telah tiba, dan
sudah bisa diakses sejak dini hari pukul 00.00 waktu itu, aku tidak bisa
membuka karena tidak punya HP bagus harus menunggu ke warnet. Gemuruh saat itu
rasanya hatiku antara penasaran, takut, berharap menjadi satu, aku pergi ke
warnet bersama teman SMP yang bersama tes di undip tadi bersepeda, hatiku
rasanya tidak enak dari pagi kabar banyak sekali ada sms alhamdulilah, ada
curhatan belum diterima rasanya aku tidak ingin membuka pengumuman itu, namun
aku harus, dan bismillah klik-klik aku memejamkan mata dibilik sebelah ada yang
mengucap bismillah artinya teman SMP ku diterima, dan aku membuka mata, hancur
rasanya hatiku karena yang tertulis adalah kata MAAF ANDA TIDAK LOLOS SELEKSI SBMPTN 2013, aku menahan tangis dan
keluar dari bilik menemui temanku yang lolos di Fakultas Teknik Unnes, “Selamat
ya rod kataku, dia menjawab terimakasih, kamu harus semangat masih ada UM
pokoknya kamu harus kuliah, jawabnya.
Aku pulang dengan hati sangat sedih
aku menangis bersama teman dekatku yang saat itu juga belum diterima. Malam itu
banyak sekali sms masuk siapa yang diterima dan tidak diterima SBMPTN 2013, hal
yang sedikit membuatku senang temanku yang selalu setia memboncengku ke sekolah
(Samirah) diterima di Jurusan Pendidikan Matematika FKIP UNS. Dan juga ada
beberapa teman yang diterima di PGSD Kebumen FKIP UNS juga. Ibukku hanya bisa
menenangkanku sambil menyuruh bersabar, “Sing sabar mbak, mungkin belum rejeki
di unnes kan masih ada jalur seleksi yang lain, Masih semangatkan?” kata ibuku,
rasanya aku tak ingin menjawab pertanyaan itu, aku sama sekali tidak punya
semangat untuk ikut ujian lagi. Malam itu aku menangis sesenggukan, aku berdoa
kepada Alloh jika memang takdirku menjadi mahasiswa mudahkanlah ya Alloh,
aamiin.
Hari itu mungkin adalah kegalauan
semua anak-anak yang tidak lolos SBMPTN hanya beberapa Seleksi Mandiri yang
masih bisa membawa mereka kulian di PTN, yang kuingat tinggal SM-UNY, SPMU
UNNES SM-UNSOED dan UMBPTN dari kesekian UM akhirnya temanku memilih
berbeda-beda, aku bingung namun akhirnya aku memilih SPMU UNNES saat itu biaya
ujiannya 200.000 dan dengan bergaris bawah pendaftar Beasiswa Bidikmisi gratis,
dan karena gratis akhirnya untuk ketiga kalinya kulayangkan pendaftaran ke SPMU
UNNES, namun ternyata harus tetap membayar 200.000 dan akan dikembalikan pada
saat pelaksaan test SPMU UNNES. Aku kembali berjuang untuk ketiga kalinya dan
kali ini ujiannya berlokasi di kampus yang selama ini menjadi bidikan saya
Unnes.
Aku berangkat bersama 7 teman SMA
ku dan aku sudah mencari tumpangan untuk menginap selama SPMU Unnes, kita semua
berangkat ke semarang untuk ujian SPMU, selesai ujian kemudian pendaftar yang
berstatus pendaftar beasiswa bidikmisi dikumpulkan di auditorium untuk
pengembalian biaya pendaftaran SPMU, saat itu lokasi ujian saya di gd E,
Fakultas teknik unnes selesai shalat dzuhur di musolla fakultas teknik temanku
menemuiku untuk bersama ke auditorium di gd H kami berjalan dari fakultas
teknik menuju auditorium untuk pengembalian biaya pendaftaran bagi pendaftar
yang berstatus pendaftar bidikmisi.
Cukup melelahkan ternyata berjalan
dari fakultas teknik menuju auditorium, sampai di sana kami mengantri untuk
pengembalian uang. Aku bersama 3 orang temanku yang juga pendaftar bidikmisi,
lama menunggu nama kami dipanggil akhirnya dua temanku sudah dipanggil dan
mendapatkan uang pengembalian, sesuatu yang tak terduga terjadi sampai antrian
hampir selesai namaku belum dipanggil, setelah itu ada pengumuman silahkan bagi
pendaftar yang namanya tidak dipanggil berkumpul di gd BPTIK untuk mengurusnya,
akhirnya aku tanya ke petugas yang ada disitu dan benar namaku tidak tercantum,
akhirnya aku menemui dua temanku dan memberitahu mereka agar pulang ke kos
terlebih dahulu, karena aku ada masalah akhirnya mereka berdua pulang ke kos
terlebih dahulu.
Aku muter-muter mencari gd BPTIK
dan akhirnya ketemu ternyata di dalam gedung itu sudah banyak sekali pendaftar
yang bernasib sama denganku, aku lemas kepalaku pusing karena melihat banyak
sekali orang dan mengantri lagi, aku sempat berfikir untuk pulang saja namun
aku sudah berjanji kepada ibu bahwa biaya pendaftaran akan dikembalikan,
akhirnya aku tetap bertahan dan ikut dalam antrian panjang itu. Pucat sudah
wajahku karena belum makan dari pagi dan sudah berdiri lama mengantri akhirnya
tiba juga antrianku ternyata nama dalam entri bidikmisi berbeda dengan nama
yang ada dalam data ijazahku dan menyebabkan dataku tidak singkron dan uang
pendaftaran tidak bisa dikembalikan, begitulah kata petugas BPTIK saat itu.
Lemas sudah badanku, gemetar juga perjuangan panjang dari pagi ternyata sia-sia
hari itu, aku sudah tidak ingat bagaimana aku bertahan sejak setelah itu. Aku
keluar gedung tersebut dengan lesu, ternyata temanku sudah menunggu di luar dan
menanyaiku bagaimana, akhirnya kujawab bahwa tidak bisa dikembalikan uangnya,
temanku menarik nafas dan hanya bilang yang sabar ya. Awalnya kami berencana
untuk pulang hari itu juga namun karena kesorean akhirnya kami menginap satu
malam lagi di semarang dan pulang kebumen besok paginya.
Perjalanan dari Semarang-Kebumen
terasa sangat singkat karena sepanjang perjalanan, aku sibuk berpikir bagaimana
nasibku setelah ini, kalo aku tidak diterima lagi bagaimana?, segala hal
berkecamuk saat itu. Beberapa hari di kebumen temanku Dewi memberi kabar bahwa
dia diterima SM UNY di jurusan pendidikan IPA, alhamdulillah aku ikut senang,
hari-hari setelah itu aku lewati dengan kegalauan.
Alloh tahu mana yang terbaik itu
hambanya. Sepertinya hanya kata itu yang mampu kuterima saat itu, hari itu
akhirnya datang juga. Aku rasanya tak ingin membuka pengumuman, aku takut gagal
lagi aku belum sanggup aku benar-benar takut menghadapi kenyataan yang akan
terjadi saat itu, Aku harus menahan pahit yang kurasakan sebelumnya penolakan
itu terjadi lagi aku tidak lolos SMPU 2013. Hati ini rasanya sudah tak ingin
merasa lagi, rasanya aku ingin mati saja, aku bingung, aku malu, aku takut, aku
takut menghadapi kenytaan-kenyataan yang menghampiriku saat itu, mungkin hari
itu aku hampir gila. Ibuku tak mampu menahan tangis melihat aku seperti itu,
dan aku melakukan hal bodoh saat itu aku pergi dari rumah, aku mengutuk takdir,
aku benci kenapa Alloh begitu jahat kepada keluarga kami. Hari itu aku
meluapkan segala emosiku di temapat yang jauh, jauh dari rumah, Aku hancur.
Hari itu berlalu dan sepertinya itu
adalah hari terburukku, aku benci unnes sekarang, aku sudah mengubur
dalam-dalam keinginan untuk berkuliah di semarang, aku tidak akan mencoba lagi.
Saking hancurnya harapan dan perasaanku sampai aku lupa bagaimana nasib
teman-temanku yang lain, akhirnya yang kutahu dari 7 orang temanku yang
diterima hanya 3, Eri dan Eni di PGSD Tegal dan Bibit di jurusan PKN. Ibarat
orang sakit aku sudah enggan berobat saat itu, aku adalah anak yang hancur
dengan sejuta mimpinya, hanya seorang anak miskin yang tidak tahu diri yang
sibuk memikirkan diriku sendiri sampai lupa orang-orang disampingku, saat itu
keinginan kuliah sudah memudar, aku menyerah.
Perjuanganku untuk kuliah memang dramatis,
bagaimana tidak ingin menyerah sudah beberapa kali aku mencoba dan gagal,
rasanya aku tidak ingin meneruskan hidup, tapi orang hebat adalah orang yang
bisa bangun dari kehancurannya. Aku akhirnya menemui temanku mbak evi yang juga
tidak lolos spmu unnes, dia katanya mau kerja saja tidak mau kuliah, aku juga
mendengar temanku puji juga tidak mau keluar rumah karena tidak jadi kuliah,
dan satu lagi temanku ero dia sudah mau ke jakarta untuk mencari pekerjaan,
mereka semua sudah menyerah dan tak ingin kuliah. Aku marah saat itu, aku tidak
habis pikir kenapa Alloh memberikan cobaan itu kepada kami, “Ya Alloh orang tua
kami tidak mampu membiayai kami kulaih, dan ini ada kesempatan tetapi kepana
Engkau tidak mengizinkan kami?, kenapa apa kurang syukur kami kepada Engkau
wahai yang Maha Pengasih dan penyayang?’’. Rasanya aku tidak terima jika mereka
tak jadi kuliah mereka bertiga siswa yang pandai tak adil rasanya, dengan
semangat yang sudah pupus dengan sedikit harapan entah bisikan dari mana aku
mengajak mereka bertiga untuk mendaftar UM Sekolah Vokasi UGM.
Aku adalah anak yang keras kepala,
jadi ketika aku menyampaikan keinginanku kepada ibu beliau mengiyakan saja, aku
mengajak puji awalnya dia tidak mau tapi terus kubujuk akhirnya dia mau, begitu
pula dengan ero dan ,mbak evi dengan berbagai alasan kuajak mereka bertiga
akhirnya kita sepakat mendaftar UM SV UGM. Tetangga-tetanggaku semakin senang
menghinaku, aku mau sebenarnya tapi satu kesempatan ini aku ambil, aku harap
hasilnya berbeda dengan yang sebelumnya namun kali ini aku tidak teralalu
berharap dan mencoba iklas.
Biaya ujian 300.000 aku dapatkan
dari pinjaman mba evi dan erowati, akhirnya kami berempat pergi ke jogja untuk
ikut ujian masuk sekolah vokasi ugm, kami meninap di tempat kakak tingkat yang
sudah aku hubungi, mbak April. Sampai di jogja mbak april mengajak kami
jalan-jalan ke ugm, itu adalah pertama kalinya aku jatuh cinta dengan ugm megah
sekali pikirku Ya Alloh jika takdirku di sini maka mudahkanlah. Kami
berjalan-jalan sambil melihat lokasi ujian besok pagi di kampus terbaik yang
sudah mencetak orang-orang penting di negeri ini, termasuk presiden RI tahun
ini juga lulusan UGM.
Aku mendaftar jurusan D3 Manajemen
dan kearsipan, aku berdoa semoga aku diterima namun aku juga ragu-ragu karena
saat itu status kami adalah pendaftar reguler bukan lagi pendaftar bidikmisi
jadi jika aku diterima akupun belum tahu akan membayar darimana biaya masuk ugm
itu, namun yang penting diterima dulu urusan uang bisa dicari sepertinya
begitulan yang sedang kami rasakan saat itu. Ujian sudah selesai kami kerjakan
dan kami pamit pulang pada mbak april kami diantar mencari bus kota untuk
menuju terminal, anehnya saat itu aku sudah tidak ketakutan rasanya biasa saja
atau aku yang sudah putus asa, entahlah.
Sekarang aku sudah tidak memaksa
untuk diterima, doaku kepada Alloh semoga kami diberi yang terbaik, hari tu
pengumuman ujian masuk ugm aku sudah tidak deg-degan lagi jika tidak dierima
aku juga sudah kebal dengan penolakan, jika diterima ya alhamdulillah. Sepertinya
Alloh memang tidak meridhoi aku kuliah pada tahun 2013, semua temanku diterima
Puji di jurusan D4 Bidan Pendidik, mbak Evi di jurusan rekam medis dan Ero di
jurusan Sistem Informasi Geografis (SIG), aku sangat senang karena
sahabat-sahabat terbaikku seperjuangan akhirnya bisa diterima saat semangat
mereka hampir habis, aku sama sekali belum melihat penumuman sampai akhirnya
temanku yang melihatkan pengumuman dan benar aku tidak lolos lagi. Kali ini aku
tidak menangis karena dari awal aku sudah iklas dengan apa yang menjadi
takdir-Nya, dari keempat orang ini akulah yang terlihat optimis namun
sebenranya akulah yang paling pesimis saat ujian itu, aku sedih keran aku tidak
diterima namun aku senang sekali karena kalian semua diterima setidaknya aku berhasil
memberi semangat pada kalian untuk jangan menyerah, meskipun pada akhirnya
akupun yang tak kuasa untuk tidak menyerah selamat ya kawan, doakan tahun depan
aku menyusul di ugm kataku pada mereka bertiga.
Hari itu langit terasa berbeda,
matahari enggan menampakkan sinarnya sepertinya dia juga terenyum melihat
nasibku, bahwa di dunia ada anak sepertiku yang entah bagaimana dia bisa
kembali bangkita tau tidak. Tetanggaku yang tadinya banyak yang mengejek sudah
diam tertepa angin dan waktu.Ibukku berharap aku tetap sabar dan jangan
menyerah, masih banyak jalan lain menuju sukses, tidak hanya kuliah. Bagaikan
tunaman yang sudah lama tidak tekena hujan aku melewati hari-hari tanpa
semangat. Satu tahun tersa sangat lama dan menjenuhkan.
Masalah baru akhirnya muncul lagi,
aku harus bekerja untuk membantu ibu namun bekerja di mana. Ijazahku masih
ditahan sekolah karena kami belum mampu melunasi kekurangan biaya sekolah,
Pakde dan budhe ku banyak yang memaki-makiku kenapa aku tidak bekerja di pabrik
saja mereka tidak pernah tahu bahwa saat itu aku tidak bisa bekerja dipabrik
karena ijazahku belum lunas, namun lagi-lagi aku hanya diam karena jika aku
bercerita mereka juga tidak membantu dan akan semakin berbicara yang
tidak-tidak aku lelah jadi lebih baik aku diam. Setelah beberapa bulan jadi
pengangguran dan hanya membantu ibu di rumah akhirnya aku dapat tawaran
bealajar menjahit di rumah tetangga, aku pikir bu wiwin lah yang membuat
semangtaku kuliah tidak lebur, dalam diam aku selalu berusaha sabar, berdoa dan
menyusun kekuatan untuk menguji nasib tahun depan. Sedikit demi sedikit aku
belajar menjahit, awalnya hanya membantu packing sampai akhirnya bisa membuat
baju, menjahit pekerjaan yang ang mengasikkan tapi membutuhkan ketelatenan. Aku
bahkan sempat berpikir untuk iadi penjahit saja uangnya banyak tidak usah
kuliah, namun bu wiwin melarangku dan berpesan agar aku tetap semangat kuliah.
Satu tahun itu aku lewati dengan
banyak cobaan yang tak bisa dituliskan, satu hal yang kuingat saat itu aku
sering ke sawah ngarit (mencari rumput untuk pakan kambing) dan banyak
tetangaku yang biang seperti ini “pati-pati lulusan SMA kok gaweane ngarit” aku
diam saja. Hasil dari menjahit aku berikan kepada ibu untuk membantu membeli
keperluan dan sisanya kusimpan utuk persiapan tahun depan. Di sini satu hal
yang aku maknai sangat dalam di saat keluargaku tidak mendukung aku kuliah,
sahabat dan teman-temanku selalu memberiku semangat untu kuliah, mereka
mendatangiku saat mereka pulang ke rumah, aku bersyukur sekali karena teman-teman
sangat peduli kepadaku.
Perjuangan yang tidak mudah pula
saat memasuki tahun 2014 aku mulai mendaftar beasiswa lagi mengurus ke sekolah,
alhamdulilah guru-guru SMA sangat mendukung aku kuliah dan aku malah disuruh
membantu memasukkan data-data SNMPTN selama beberapa hari di SMA. Rencana
kuliah tahun ini ibuku sudah ikhlas dan sangat setuju akhirnya aku berdiskusi
dengan ibu dan ibuku berpesan agar aku mengambil jurusan PGSD. Saat itu aku
menjual HP satu-satunya yang ayah belikan untuk menambahi kekurangan agar bisa
menebus ijazah dan alhamdulilah lunas dan ijazahku bisa di bawa pulang. Aku
kembali mengumpulkan berkas-berkas bidikmisi kedua kalinya. Aku juga mendaftar
beastudi etos dan saat itu alhamdulillah sudah lolos administrasi dan
wawancaranya tinggal menunggu pengumuman SBNPTN 2014 jika aku diterima di
Universitas dan jurusan yang direkomendasikan maka aku lolos sebagai etoser.
Manusia sudah terlahir membawa
takdirnya masing-masing dan sayangnya tadkir itu hanya Alloh yang tau. Aku
mendaftar SBMPTN 2014 sekarang aku bingung pilihannya sudah trauma dengan unnes
aku membuang jauh-jauh keinginan kuliah di semarang bahkan panlok ujian pun aku
memilih yogyakarta, kaena aku juga harus memilih universitas dan jurusan yang
direkomendasikan etos akhirnya terpilihlah Ilmu Komunikasi UGM sebagai pilihan
pertama, dan yang kedua Ilmu sejarah nah pilihan yang ketiga aku bingung,
teringat pesan ibuku untuk mencoba pgsd, ku klik pgsd uns kebumen sebagai
pilhan ketiga namun entah kepada akhirnya aku mengantinya dengan Pgsd Unnes
Tegal. Selesai mendaftar aku pulang.
Menunggu pengumuman SBMPTN
membuatku cemas juga, dan akhirnya hari itu datang saat itu sudah memasuki
bulan puasa, aku bersepeda kewarnet milik guru SMP ku Pak Hardi, agak ngeri
juga saat itu karena aku bertemu anak-anak yang beberapa tidak lolos sbmptn.
Sebelum berangkat tadi ibuku hanya berpesan agar aku ikhlas menerima apapun
yang terjadi, aku memasuki bilik warnet dengan perasaan tak karuan akhirnya
bismillah aku masukkan nomor pendaftaran dan tanggal lahirku, klik-klik aku
memejamkan mata sampai ada suara, Selamat anda diterima... Pak hardi
mengagetkanku akumembuka mata dan benar rasa syukur langsung terucap ketika aku
melihat tulisan selamat di monitor namun aku seketika lemas saat membaca dengan
saksama tulisan
Selamat anda diterima
SBMPTN 2014 di Universitas Negeri semarang jurusan Pendidikan Guru Sekolah
Dasar (Tegal).
Aku bingung aku harus senang apa aku harus sedih, aku sama
sekali tidak berniat ke sana, aku tidak tahu tegal itu sebelah mana, aku pulang
dengan perasaan tak menentu aku bercerita pada ibu dan ibu sangat senang malam
itu menjadi magrib terindah ramadhan tahun ini.
Maka nikmat tuhanmu manakh yang kau
dustakan? Sederetan perjuangan panjang yang tidak mudah begitu banyak tantangan
dan rintangan, untuk mewujukan sebuah mimpi anak bangsa yaitu kuliah, aku ditrima
di unnes dan lolos beasiswa bidikmsi. Menunggu berangkat ke semarang, aku
bekerja di warung sate saat lebaran lumayan hasilnya untuk sangu ke sana, Aku
mengikuti serangkaian kegitan penerimaan mahasiswa baru di semaramg uang yang
aku kumpulkan dari hasil menjahit dan kerja diwarung sate hanya cukup untuk
menopang hidupku di semarang.
Dengan cerita panjang ini akhirnya
aku resmi menjadi mahasiswa unnes, ibuku sangat senang tetangga-tetangga yang
dulu menghina hanya diam, aku bersyukur akhirnya mimpi itu hampir tercapai,
dengan diberi uang Rp 600.000,00 oleh ibukku hasil dari meminjam budheku aku berangkat ke tegal pamit kepada keluarga
diantar menggunakan sepeda oleh ibu sampai tempat angkot di pasar dan
kemudian menunggu bis di kutowinangun.
Aku berangkat dengan teman SMA ku eri yang sudah kuliah di tegal di sana aku
sudah dicarika kos oleh temanku. Sampai di tegal aku baru sadar jika aku belum
membeli apa-apa untuk keperluanku di tegal. Beruntung sekal temanku membayarkan
kosku selama 1 semester di tegal dan boleh menyicil untuk pengembaliannya, aku
berjanji padanya mengembalikan saat uang bidikmisi cair, namun ternyata living
cost bidikmisi cair setelah 5 bulan aku mejadi mahasiwa, jika meningat hal itu
rasanya nikmat sekali ujian dari dari Alloh untuk pertama kalinya aku hidup di
tanah rantau jauh dari ibu dan adik-adik.
Sekarang aku sudah semester 5 di
pgsd tegal unnes, jurusan yang sama sekali tidak aku sanka dan terbesit, namun
inilah takdir di sini aku mengenal banyak orang yang baik hati. Sahabat-sahabat
yang baik, untuk ayahku andaikan ayah tau aku sudah berhasil mewujudkan pesan
ayah agar aku kuliah, untuk ibuku terimakasih telah mempercayai aku untuk
mewujudkan mimpi kecil menjadi mahasiwa namun ini bukan akhir perjuangan, masih
banyak perjuangan untuk meraih cita-cita nanti.
Kisah ini mungkin sederhana aku
bukanlah mahasiwa yang cumlod IP 4 aku hanya seorang anak yang pernah punya
sejuta mimpi dan sedih berjalan tertatih meraih mimpi itu, aku yakin ketika
kita punya mimpi jangan pernah menyerah berusahalah dan libatkan Tuhan dalam
mimpi itu jika itu blm terwujud yakinlah bahwa Alloh akan mengagantinya dengan
yang lebih baik, dan untuk kuliah janganlah takut untuk kuliah selama masih ada
niat dan usaha serta doa Insyaalloh dimudahkan oleh-Nya.