(sumber foto : unnes.ac.id)
oleh : Hanendya Disha Randy Raharja
oleh : Hanendya Disha Randy Raharja
Menjadi seorang mahasiswa merupakan sebuah
kebanggaan yang tiada terkira, selain telah menyelesaikan pendidikan tingkat
dasar hingga atas, mahasiswa merupakan sebuah status prestisius bagi pemuda
yang diberi kesempatan untuk mengenyam pendidikan tinggi di bangku perkuliahan.
Tidak banyak teman-teman kita yang bisa mendapat kesempatan untuk mengenyam
dunia perkuliahan, secara tidak sadar kita telah menyingkirkan teman-teman kita
di luar sana melalui berbagai persaingan masuk seleksi perguruan tinggi negeri
ataupun swasta. Maka sudah sepantasnya kita gunakan kesempatan ini dengan
sebaik-baiknya dengan menjadi mahasiswa yang sebenar-benarnya mahasiswa, yang
bermanfaat bagi rakyat, nusa dan bangsa.
Mahasiswa merupakan sebuah status sosial
yang menjadi tumpuan bagi rakyat kecil untuk berani menyuarakan suara-suara
arus bawah dan sebagai mahasiswa harus tegas menentukan keberpihakan atas dasar
kebenaran dan keadilan. Mahasiswa berada di tengah-tengah menjadi jembatan penghubung
kepentingan-kepentingan rakyat kecil dengan mereka para pemangku kebijakan,
mahasiswa harus berperan menjadi mitra strategis dan oposisi kritis bagi
pemerintah. Ketika kita melihat sejarah perjalanan bangsa Indonesia, peran
pemuda terutama kaum terpelajar seperti mahasiswa begitu vital, mereka bergerak
dan mengorganisir untuk mencapai visi bersama yang pada hakekatnya untuk
membebaskan rakyat dari belenggu penjajahan dan pembodohan. Mahasiswa tidak
hanya sebagai motor penggerak perubahan, tetapi juga sekaligus sebagai aktor
perubahan, untuk itu menjadi mahasiswa begitu luar biasa tanggung jawabnya,
tidak hanya tanggung jawab akademik yang melekat, jangan lupakan juga tanggung
jawab sosial yang ada di pundak kita untuk menyelesaikan persoalan-persoalan
rakyat kecil, karena sejatinya mahasiswa tidak boleh jauh dari kehidupan masyarakat.
Menarik melihat fenomena mahasiswa
sekarang ini yang lebih banyak hidup dalam kenyamanan, hidup hedonis dan
oportunis. Semakin berkembangnya zaman tentu ada juga sebuah perubahan sikap
dan kultur mahasiswanya. Mahasiswa menjadi manusia-manusia robot yang hanya
paham huruf dan angka, tetapi tidak paham masa depan dirinya apalagi bangsanya.
Untuk itu mari kita tentukan pilihan menjadi mahasiswa bagaimana nantinya
kedepan. Menjadi mahasiswa itu sebuah kepastian, tetapi menjadi mahasiswa yang
seperti apa itu adalah pilihan. Sebagai mahasiswa tentu kita adalah
manusia-manusia merdeka yang bebas menentukan arah kemana kita akan melangkah,
kita tidak boleh disetir oleh orang lain apalagi kepentingan-kepentingan
golongan yang membatasi kita untuk terus bergerak. Sejatinya mahasiswa harus
mendengarkan suara hati nurani untuk melangkah, tidak harus terkungkung dalam
kotak yang terus membelenggu pikiran dan raga kita. Dunia perkuliahan tentu
akan menenmui banyak sekali pergulatan pemikiran dan ideologi. Menjadi
mahasiswa juga tempat untuk membentuk jatidiri dan karakter sehingga setelah
lulus bisa hidup dalam dunia masyarakat yang lebih nyata dan tidak gagap.
Bukan mahasiswa jika kita tak mengenal
pendahulu-pendahulu kita yang telah menorehkan sejarah dengan menggulingkan
pemerintahan yang tidak berpihak pada rakyat, sejarah mencatat ada nama Soe Hok
Gie seorang mahasiswa jurusan sejarah Fakultas Sastra UI (FSUI) pada periode
1960-an yang memberikan contoh bagaimana kita seharusnya menjadi mahasiswa yang
ideal, dia membaca, dia menulis dan dia melakukan aksi. Gie begitu sapaan
akrabnya merupakan mahasiswa yang dengan tegas menentang segala bentuk
penindasan dan pembodohan kepada rakyat, dia selalu memperjuangkan nasib-nasib
rakyat dengan menulis di koran-koran dan melakukan demonstrasi menuntut
harga-harga kebutuhan pokok diturunkan. Tulisanya begitu tajam, blak-blakan dan
tentunya membuat kuping panas siapapun yang dituju, dengan itu diharapkan
rakyat juga paham dan secara terbuka pikiranya mengetahui segala apapun yang
terjadi dengan kebenaran yang sesungguhnya, tidak dimanipulasi sedemikian rupa.
Gie memperkenalkan kepada kita tentang kehidupan mahasiswa yang harus dipenuhi
dengan buku, pesta dan cinta.
Buku, pesta dan cinta begitu slogan Gie
untuk dunia mahasiswa. Slogan ini sudah seringkali didengungkan di FSUI, tempat
ia tumbuh dan besar. Buku sebagai representasi tentang intelektual, pesta bisa
dikatakan sebagai representasi tentang hubungan sosial, dan cinta yang
merepresentasikan tentang hakikat keterikatan antar makhluk. Sudah sejatinya
menjadi mahasiswa harus dekat dengan buku, dengan membaca kita mempunyai
pengetahuan yang luas dan mengenal dunia seisinya. Intelektualitas harus
menjadi jatidiri dari mahasiswa karena tingkat keilmiahan harus terus diasah
dengan banyak membaca, membaca juga tidak hanya pada teks saja tetapi bisa juga
membaca persoalan dan keadaan. Hubungan sosial juga penting bagi seorang
mahasiswa, kita dituntut untuk bisa berinteraksi dari kaum melarat sampai
konglomerat, harus bisa menyerap aspirasi dan menyapaikan ide kepada siapapun.
Dan cinta merupakan sebuah rasa yang melekat dalam setiap makhluk Tuhan di
dunia ini, cinta juga bisa berarti memberi dan memperjuangkan, tentunya
mahasiswa harus mempunyai cinta kepada rakyat dan bangsanya. Tanpa adanya
cinta, rasa-rasanya hidup ini begitu hambar dan tidak berwarna sama sekali,
kita akan melihat kehidupan begitu kelam, hitam dan putih.
Untuk itu mari kita menjadi mahasiswa yang
sadar akan peran dan tugasnya, tidak lupa dengan tanggung jawab yang melekat.
Sudah saatnya kita meninggalkan cara berpikir pragmatis, kita harus berpikir
menggunakan nurani. Menjadi mahasiswa adalah sebuah kebangaan yang patut untuk
disyukuri, harus kita isi dengan gagasan-gagasan untuk terus mewujudkan visi bersama,
karena kita mahasiswa bukan siswa lagi. Ingat, ada kata "maha" di
depan siswa yang artinya agung atau besar. Maknanya adalah menjadi mahasiswa
harus besar mimpinya, besar tindakanya dan besar tanggung jawabnya. Tidak ada
waktu untuk kita hidup bersenang-senang diatas penderitaan rakyat, sepatutnya
kita berdiri bersanding dengan rakyatuntuk memperjuangkan nasib mereka untuk
hidup yang lebih baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar